KUALITAS sumber daya manusia Indonesia semakin baik. Setidaknya itu tecermin pada laporan World Economic Forum (WEF) yang dirilis Rabu (13/9). Dalam laporan berjudul Global Human Capital Report 2017, yang mengkaji kualitas SDM di 130 negara berdasarkan sejumlah indikator yang dipakai, Indonesia berada di urutan ke-65, naik tujuh peringkat jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Namun, secara rata-rata kualitas SDM kita masih berada di bawah negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (11), Malaysia (33), Thailand (40), dan Filipina (50). Laporan itu memotret seberapa berkualitas SDM di tiap-tiap golongan umur lewat empat elemen indikator human capital, yakni capacity (kemampuan pekerja berdasarkan melek huruf dan edukasi), deployment (tingkat partisipasi pekerja dan tingkat pengangguran), development (tingkat dan partisipasi pendidikan), dan know-how (tingkat pengetahuan dan kemampuan pekerja serta ketersediaan sumber daya) di tiap negara.
Berdasarkan empat indikator tersebut, WEF (yayasan organisasi nonprofit yang didirikan di Jenewa pada 1971 dan terkenal dengan pertemuan tahunannya di Davos, Swiss), memberi peringkat untuk mencari negara-negara mana yang telah berhasil membangun SDM-nya dengan baik. Berdasarkan indikator capacity, Indonesia berada di peringkat ke-64 dengan nilai 69,7. Nilai itu didasarkan pada tingkat buta huruf dan kemampuan berhitung yang telah mencapai nilai 99,7 di golongan umur 15-24 tahun.
Hal yang juga menggembirakan dalam hal development. Menurut laporan itu, inilah indikator yang paling baik untuk Indonesia. Berdasarkan kategori itu, kondisi pendidikan di Indonesia mendapatkan skor 67,2 dan menempati peringkat ke-53 dunia. WEF menilai Indonesia mampu membuat partisipasi pendidikan dasar mencapai nilai 92,9.
Namun, berdasarkan indikator deployment yang didasari nilai-nilai penyerapan sumber daya manusia dan tingkat pengangguran di berbagai jenjang umur, potret Indonesia sedikit buram. Berdasarkan kategori itu, posisi Indonesia berada di peringkat ke-82 dunia dengan skor 61,6. Angka itu menunjukkan jumlah tenaga kerja masih banyak yang belum terserap. Bahkan, di golongan umur paling produktif, 25-54 tahun, Indonesia masih berada di peringkat ke-99 dunia dengan angka partisipasi sebesar 77,9.
Dasar kebijakan
Seperti dikutip situs WEF, founder dan executive chairman lembaga itu, Klaus Schwab, menjelaskan laporan tersebut merupakan upaya untuk memberikan sebuah alat ukur bagi para pemimpin negara dalam membuat kebijakan pembangunan. Tujuannya agar semua orang mendapatkan kesempatan sama mengembangkan kemampuan mereka dalam era revolusi industri keempat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani telah beberapa kali menekankan pentingnya menyiapkan SDM berkualitas. Dalam pidatonya di Institut Teknologi Del, Sumatra Utara, Sabtu (9/9) lalu, dia mengatakan di era revolusi industri keempat, penerapan teknologi selalu berkaitan dengan isu penyerapan tenaga kerja dan itu dialami semua negara. Karena itu, kata dia, Indonesia perlu mendongkrak kualitas SDM serta meningkatkan inovasi melalui riset. (E-1)